Aku ketemu salah satu senior yang sedang belajar untuk ujian Apotek.
Sambil ngopi dan menghabiskan beberapa batang rokok, kami ngobrol. Awalnya sih tentang piala dunia,lalu kabar para Last Mohicans".Hmm... ternyata masih banyak yang ga seberuntung aku. Kemudian aku iseng menanyakan bagaimana PKL di Rumah Sakit. Gara-gara pertanyaanku ini aku malah jadi merasa gak enak. Lha kok bisa?
Lalu mas senior ini bercerita tentang seorang pasien yang kakinya harus diamputasi. Tindakan ini dilakukan karena pasien tersebut mengalami infeksi parah hingga mengalami gangren. Aku pikir pasien ini menderita Diabetes Mellitus sehingga beresiko untuk mengalami infeksi, tapi ternyata tidak. Pasien masih muda ( berusia sekitar 20 tahunan ) dan tidak memiliki riwayat Diabetes. Kemudian masi ini melanjutkan ceritanya. Pasien sudah diberikan Ciprofloxasin ( Ciprofloksasin merupakan..... Woii buku farmakologiku baleknoo !!!) untuk mengatasi infeksinya, tapi tidak mempan. Padahal setahuku Cipro merupakan antibiotik yang kuat. Kok tidak mampu untuk menghentikan infeksi yang terjadi pada pasien? Berarti bakterinya sudah resisten.
Dosis antibiotika yang tidak tepat (kurang, tidak cukup) akan membuat bakteri tidak terbunuh, malah bisa menjadi kebal. Hal ini karena kemampuan bakteri untuk mengenali benda asing ( antibiotika ) kemudian memproduksi antibodi yang akan digunakan untuk bertahan apabila di kemudian hari diberikan antibiotika yang sama. Hal unik yang dimiliki oleh bakteri adalah antibody yang sudah dibentuk akan ditularkan ke bakteri lain serta akan diwariskan pada generasi bakteri selanjutnya. Cara mengatasi bakteri yang sudah ini adalah pemberian antibiotika yang lebih kuat lagi. atau dengan terpai kombinasi beberapa antibiotika.
Pemakaian antibiotika yang tidak bijaksana merupakan fenomena yang ada di masyarakat kita. Dan kasusnya sangat banyak sekali. Apotek dituding sebagai penyebab. Kita dengan mudah dapat membeli antibiotika ( dan obat2 keras lainnya ) di apotek, bahkan di toko obat. Yah ini adalah salah satu bukti dari lemahnya pengawasan obat oleh BPOM.
Selain apotek, dokter juga merupakan biang keladi dari pemakaian antibiotika yang kurang bijaksana. Sering sekali dokter meresepkan antibiotika ( dan beberapa obat lain ) yang sebenernya tidak dibutuhkan untuk terapi tujuan pasien. Contoh paling mudah pada saat sakit Flu, sering dokter menuliskan amoxicillin atau Amoxan di dalam resepnya. padahal sebenernya pemakainan antibiotika belum tentu benar. Kalo dilogika sih, Flu disebabkan oleh Virus, bukan bakteri. Kalau memang perlu, seharusnya diberikan obat-obat antivirus ( dokter yang booodooohh!!! dulu kuliah apa titip absen doang seeh?) bukan antibiotik. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa beberapa dokter mendapatkan pesan sponsor dari beberapa produsen obat. Dokter akan mendapatkan fee bila meresepkan obat yang mereka (produsen obat) produksi. Jadi setiap ada pasien, dokter itu akan menuliskan produk dari produsen dalam resepnya. Hmm.... mungkin ini yang menyebabkan beberapa dokter jadi cepet kaya. kalo sempat ke dokter tolong ditanyakann dapat apa saja mereka dari pabrik obat, dijamin anda bakalan mendapatkan jawaban, tapi kalo tanya ke Medical Representatif apa yang mereka hadiahkan pada para dokter pasti anda akan terkejut.
Kurangnya informasi dan edukasi pasien juga merupakan salah satu penyebab bakteri menjadi resisten. Kadang pasien merasa tahu obat yang mereka beli. Dengan santai mereka membeli antibiotika tanpa konsultasi dari dokter (mungkin karena ongkos dokter mahal dan dokter terlalu cerewet).Pasien kadang juga selalu memakai antibiotika untuk setiap penyakit yang mereka derita. kalo diprosentase sih sepertinya faktor pasienlah yang yang paling besar penyebab resistensi bakteri terhadap antibiotika.
Jadi apa yang bisa dilakukan untuk mencegah resistensi bakteri? Beberapa langkah pencegahan dapat dilakukan dengan :
- jangan membeli antibiotika tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
- bila mendapatkan resep, tanyakan apa saja isinya, dan untuk apa mendapatkannya.
- bila mendapatkan resep yang mengandung antibiotika dan terpaksa tidak bisa ditebus seluruhnya, maka antibiotika harus dibeli seluruhnya
- dan yang paling penting Antibiotika harus diminum sampai habis!
Informasi tentang antibiotik yg lebih jelas di sini
14 comments:
oowwh begituuuu..........
( manggut-manggut )
ooo,jadi antibiotik kudu diabisin yah?
( catet ah**)
catet! eh di bookmark seh. :D
iya... aku koncone ken.... lan kenal yo... n thanks sudah mampir keblogku... suka biru juga..?
iyah.. kok tumben bermutu? hihi..gini dong klo posting :P
Oooo dadi ngono yo Lung???
nek kakean kopi apik po rak tho?
eh bakul srabi saiki kon dodolan antibiotik po?
sekalian nitip kopi yok!!!
Waa... antibiotik.
saya benci sakit.. :(
ooo harus sampek abis ya? ya ya yaaa... manggut manggut
woyoohh... kwe krasukan po'o?? ngg.. pa gulu pa gulu..klo bakteri asap, obatnyah apah??
lung...loe nanti jadi dokter pribadi gue aja ya???hehehehe
emang nih skrg ini dokter2 byk yang asal deh, ini kan soal nyawa orang ato kesehatan orang gitu loh, bukan kelinci percobaan..hiks hiks
oh iya..foto lo di entry gue ya? mana donk jubahnya dipake lunggggg
bermutu-sih bermutu.. tapi aku puyeng bacanya... mending pake generik aja... lho opo toh nggak nyambung toh...
"Tindakan ini dilakukan karena pasien tersebut mengalami infeksi parah hingga mengalami gangren. "
Errr... gangren? Gangren itu apa?
mmm..aku kalo jadi kamu ga bakal ngumpat2 ga jelas gitu. mending qta cari solusi nya daripada cuman cerewet gadah manfaat. kekekekekekeke
coba buka forum diskusi soal resistensi antibiotik. hehe
Post a Comment